Sejarah

06 Juni 2025
Administrator
Dibaca 132 Kali

Desa Marga Karya merupakan salah satu desa yang berada di wilayah administratif Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Desa ini memiliki sejarah yang cukup menarik dan erat kaitannya dengan semangat transmigrasi dan pembangunan wilayah pedalaman Sumbawa di era pascareformasi.

Asal Usul dan Pembentukan Desa

Desa Marga Karya awalnya terbentuk sebagai hasil dari program transmigrasi lokal dan nasional, yang mulai dilaksanakan pada akhir tahun 1990-an hingga awal 2000-an. Sebagian besar penduduk awal desa ini merupakan warga pendatang dari berbagai daerah, baik dari Pulau Jawa, Bali, maupun dari wilayah-wilayah di sekitar Pulau Sumbawa sendiri.

Nama “Marga Karya” diambil dari dua kata, yaitu Marga yang berarti keluarga atau komunitas, dan Karya yang berarti hasil atau kerja keras. Penamaan ini mencerminkan semangat gotong royong dan kerja keras warga pendatang yang bersama-sama membangun desa dari nol—dari lahan kosong menjadi pemukiman yang tertata dengan kehidupan sosial dan ekonomi yang berkembang pesat.

Desa ini resmi dibentuk dan ditetapkan menjadi desa definitif melalui Peraturan Bupati Sumbawa sebagai bagian dari pemekaran wilayah di Kecamatan Moyo Hulu. Sebelumnya, wilayah Desa Marga Karya merupakan bagian dari desa induk yang lebih besar di sekitarnya.

Perkembangan Wilayah dan Kepemimpinan

Sejak terbentuk, Desa Marga Karya telah mengalami berbagai perkembangan, baik dari sisi infrastruktur, kependudukan, maupun perekonomian masyarakat. Di bawah kepemimpinan para kepala desa yang silih berganti, desa ini terus membangun berbagai fasilitas umum seperti jalan desa, sarana pendidikan, rumah ibadah, dan sistem irigasi pertanian.

Kepala desa pertama yang memimpin Marga Karya adalah [diisi sesuai sumber sejarah lokal], yang memegang peran penting dalam menata pemerintahan desa serta memperkuat ikatan sosial di antara warga yang berasal dari latar belakang yang berbeda.

Kondisi Sosial dan Budaya

Desa Marga Karya dikenal sebagai desa yang heterogen, dengan latar belakang budaya yang beragam. Meskipun demikian, kehidupan masyarakat berjalan dengan harmonis dalam semangat kebhinekaan dan gotong royong. Warga hidup rukun, saling membantu, dan aktif dalam kegiatan keagamaan, sosial, maupun pembangunan desa.

Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan peternak, namun dalam beberapa tahun terakhir mulai berkembang juga kegiatan ekonomi berbasis UMKM, kerajinan tangan, dan perdagangan hasil pertanian.